Sunday, January 9, 2011

Semporna Di Ufuk Timur



Seandainya Aku Melupai Tuhan

Seandainya,
aku melupai Tuhan,
sudah pasti aku,
dipinggirkan dalam rahmatnya,

Akhirnya,
aku tidak merasai,
keinginan hatiku,
untuk meletakkan,
ke mana diriku,
harus aku labuhkan kepada Tuhan,

Hidupku,
mungkin tidak kelihatan,
dalam pegangan hidupku,
dalam pengembaraanku,
walaupun aku dalam keadaan tenang,

Jauhnya aku mengenai Tuhan yang satu,
hingga aku cuba merampas kekayaan-Nya,
di alam ini,
dengan menakluki segala yang ada,
hinggakan aku dianggap manusia hero,
namun, aku tumpas jua akhirnya,

Sebenarnya aku hanya manusia,
manusia menjadi tetamunya,
tiada hak memiliki semua yang ada,
hanya aku memiliki adalah tuhan yang memilikku,

__Dari al-Hindi__




Thursday, January 6, 2011

MENDALAMI AKAR KEBUDAYAAN BARAT


Pendahuluan
                                                                            Pembentukkan Budaya Barat
Sebuah kebudayaan atau peradaban memiliki sejarahnya sendiri-sendiri untuk bangkit dan berkembang. Namun, suatu peradaban tidak mungkin lahir dan berkembang tanpa bersentuhan dengan kebudayaan lain dan saling meminjam. Proses pinjam meminjam antar kebudayaan hanya bisa terjadi jika masing-masing kebudayaan memiliki mekanismenya sendiri-sendiri. Pada umumnya sarjana Barat modern membagi sejarah Barat (Eropah) menjadi zaman kuno, zaman pertengahan dan zaman modern. Yang kuno dibagi menjadi Yunani dan Romawi. Zaman Pertengahan dikelompokkan menjadi zaman Kristen awal, transisi dari kuno ke Pertengahan dan Pencerahan.[1] Ini berarti bahwa akar zaman modern adalah Yunani, Romawi dan Abad Pertengahan. Akan tetapi para sejarawan Barat berbeda pendapat mengenai asal usul kebudayaan mereka. Perbedaan itu meruncing ketika para sejarawan berpegang pada ilmu sebagai akar kebudayaan. Artinya, sebuah kebudayaan atau peradaban akan lahir dan berkembang seiring dengan perkembangan konsep-konsep keilmuan didalamnya. Sebab faktor keilmuan inilah sebenarnya yang melahirkan akifitas sosial, politik, ekonomi dan aktifitas kultural lainnya. Dengan kata lain, kerja-kerja intelektual dan keilmuan anggota masyarkatlah sebenarnya yang melahirkan kebudayaan. Ini berimplikasi bahwa diatas konsep-konsep keilmuan terdapat suatu sistim dan super sistim yang disebut dengan worldview (pandangan hidup atau pandangan alam). Suatu peradaban tidak akan bangkit dan berkembang tanpa adanya pandangan hidup dan aktifitas keilmuan di dalam masyarakatnya. 
                                                 Corak Kehidupan Barat
Demikian pula Barat, sebagai kebudayaan, tidak akan bangkit dan berkembang dan melahirkan sains tanpa memiliki pandangan hidup terlebih dahulu.[2] Atas dasar itu, maka makalah ini akan mengkaji akar kebudayaan Barat dengan melacak fondasi kebudayaan itu dari sisi pemikiran filsafat dan sains yang melibatkan transmisi pandangan hidup. [1] William R Cook dan Roland B Herzman, The Medieval Worldview, Oxford University Press, 1983, hal. 50,115,262. [2] Acikgenc, Alparsalan, Islamic Science, Towards a Definition, ISTAC, Kuala Lumpur, 1996, pp.29-31. Dari Kebudayaan Yunani Seperti yang telah disebutkan diatas, Yunani adalah faktor penting bagi kebangkitan kebudayaan Barat, meskipun mereka masih berselisih tentang bagaimana faktor tersebut berperan dalam kebudayaan itu. Dalam menggambarkan munculnya filsafat dan sain, para sejarawan Barat, memiliki dua pendekatan. Pertama, bahwa awal dan akar kebangkitan filsafat dan sains Barat adalah warisan intelektual Yunani. Jones dalam A History of Western Thought, misalnya menganggap bahwa “mungkin sejarah kebudayaan Barat bermula dari bermulanya filsafat Barat, dan filsafat Barat dimulai dari abad ke 6 SM dengan tokohnya Thales, Bapak filosof Yunani dan juga dunia Barat”.[1] Pendekatan ini didukung oleh R.B.Onians,[2] W.H.A.Arthur[3] dan lainnya. Asumsi pendekatan ini berdasarkan pada fakta bahwa konsep-konsep mendasar pada filsafat Yunani seperti hakekat akal, jiwa, hidup, hubungan jiwa dan raga dan lain-lain ditangkap oleh para filosof Barat yang datang kemudian lalu diterima oleh bangsa-bangsa semit, Indo-Eropah dan Anglo-Saxon. Namun pada tahap ini, mereka tidak lagi mengakui adanya pengaruh filsafat Yunani. Bagi mereka filsafat Yunani telah dikubur dalam (burried deep), dan tumbuh berkembang dalam pikiran individu dan aliranaliran, meskipun individu filosof atau aliran-aliran tersebut hanya sekedar melakukan kritik dan imporvisasi terhadap konsep-konsep Yunani tersebut. Cara pandang ini berbeda dari cara pandang orientalis ketika membaca sejarah filsafat Islam. Filsafat Islam hanya dianggap carbon copy dari filsafat Yunani.
Nampaknya framework ini berusaha untuk mengkaitkan pemikiran Yunani dengan Indo-Eropah melalui persamaan konsep-kosepnya. Framework kedua yang dipelopori oleh Couplestone dan Holmes menganggap framework ini lemah, sebab sekedar melacak persamaan akan mengakibatkan kesimpulan bahwa jika suatu pemikiran memiliki kesamaan dengan yang lain, maka yang satu berasal dari yang lain. Artinya suatu pemikiran bangsa manapun yang sama dengan pemikiran Yunani bisa dianggap berasal dari Yunani, padahal persamaan tidak selamanya berimplikasi asal usul. Menurut framework ini antara Barat dan Yunani terdapat hubungan, tapi bukan dalam arti meminjam, asal usul atau permulaan. Bagi Couplestone setiap kali terdapat kesamaan pemikiran antara seorang pemikir dan pemikir lain yang datang kemudian tidak selamanya berarti yang datang kemudian meminjam dari yang pertama. Ionia adalah tempat kelahiran pemikiran Barat, tapi baginya Barat tidak meminjam ide-ide dari Yunani.[4] Holmes juga tidak menggunakan istilah “permulaan” atau “asal usul”, dan sebagai gantinya ia memakai istilah melihat “kebelakang”. Artinya Eropah Barat secara alami melihat kebelakang kepada kebudayaan Yunani abad ke lima SM.[5] Artinya meskipun Barat lahir dari Yunani, tapi ia tidak bermula dari sana. Ia berkembang dengan cara dan tempat yang berbeda. Kedua framework diatas seakan ingin menunjukkan disatu sisi bahwa filsafat Yunani adalah satu faktor, sedangkan filsafat Barat adalah faktor yang lain. Namun disisi lain juga tidak dapat diingkari bahwa keduanya saling berhubungan dalam kurun waktu yang panjang melalui proses asimiliasi yang asasnya adalah aktifitas intelektual yang melibatkan faktor-faktor lain selain Yunani sendiri. Sebab Yunani sendiri tidak dapat di anggap satu-satunya faktor penentu atau sumber bagi kebangkitan kebudayaan Barat. Dalam hal ini Coupleston membuat permisalan bahwa:Menganggap bahwa jika beberapa adat istiadat atau ritual Kristen yang sebagiannya berasal dari Agama-agama Asia Timur, maka [berarti] Kristen pasti telah meminjam adat dan ritus itu dari Asia adalah absurd. Sama absurdnya ketika menganggap jika pemikiran spekulatif Yunani mengandung beberapa pemikiran yang sama dengan filsafat Timur, maka yang kedua bersumber secara historis dari yang pertama. Padahal, akal manusia sangat mungkin untuk melakukan interpretasi terhadap pengalaman yang sama dengan cara yang sama…..walaupun ketergantungan aliran-aliran Filsafat Romawi terhadap pendahulu mereka dari Yunani tidak dapat dipungkiri, namun kita tidak dapat menafikan wujudnya filsafat di dunia Romawi.[6]Pernyataan diatas berarti bahwa filsafat Yunani dan Barat tidak dapat dianggap sesuatu yang kontinum. Yang kedua tidak semestinya berakar pada yang pertama. Jika framework ini ditrapkan pada alam pikiran Islam, maka filsafat dan sains yang dihasilkan oleh Muslim pada Abad Pertengahan dapat dikatakan sebagai filsafat dan sains Islam dan tidakada kaitannya dengan Yunani. Tapi sayangnya framework ini ditrapkan hanya pada filsafat dan pemikiran Barat dan tidak ditrapkan pada pemikiran dan filsafat Islam. Meskipun Muslim dianggap telah meminjam beberapa elemen penting dari Yunani, India dan Persia, mereka tidak dapat dikatakan sebagai sumber filsafat dan sains Islam. Sebab pinjam meminjam antar kebudayaan adalah sesuatu yang alami pada setiap kebudayaan. Dari Abad Pertengahan Jika Ionia, tempat bermulanya pemikiran Yunani, dianggap sebagai tempat kelahiran kebudayaan Barat, maka seharusnya ia bermula dari sana dan terus berkembang hingga abad modern. Seperti seorang manusia, suatu kebudayaan lahir tumbuh terus menerus dan kemudian mati. Maka dari itu jika suatu kebudayaan tidak lagi tumbuh, maka ia dianggap mati. 
                                                          Kota Yunani
Dalam kasus Yunani, sesudah berakhirnya zaman kuno oleh Aristotle (384-322 BC) atau yang paling akhir Plotinus ( 204-270), di sana tidak ada lagi perkembangan yang berarti, khususnya dalam bidang filsafat dan sains. Dari periode ini hingga abad ke 6 atau 8 M, Barat melalui zaman yang disebut Zaman Kegelapan (Dark Ages), yang berarti keberlangsungannya terputus. Disinilah mungkin alasannya mengapa beberapa sejarawan Barat menolak Yunani sebagai tempat kelahiran Kebudayaan Barat. Sebab sesudah berakhirnya Zaman Kegelapan, Barat memulai periode perkembangannya yang baru sebagai persiapan menuju kebangkitan. Zaman baru yang kemudian disebut dengan Abad Pertengahan (Middle Ages atau Medieval) dianggap sebagai permulaan kebudayaan Barat. Bagi Holmes peradaban Barat tercipta pada periode ini.[7] Namun karena terdapat kontroversi dikalangan sejarawan tentang waktu yang pasti kapan persisnya Zaman Kegalapan bermula, maka waktu yang pasti kapan Zaman Pertengahan dimulai juga masih diperdebatkan. Martin menganggap Abad Pertengahan bermula dari tahun 800 M, pada masa Cherlemagne atau tahun 1000 M, ketika serangan terhadap kebudayaan Eropah Barat berakhir.[8] John Marenbon menganggap tahun 1000 atau abad ke 11 sebagai permulaan Zaman Pertengahan periode akhir, tapi awalnya bermula dari tahun 480 M yang ditandai oleh datangnya Boethius.[9] Upaya untuk menetapkan permulaan Zaman Pertengahan sebelum abad ke 8, nampaknya hanyalah untuk mencari hubungan Barat dengan masyarakat Kristen. Tapi sebenarnya sebelum Abad ke 6 atau yang agak akhir abad ke 8, Barat belum mulai bangkit. Itulah sebabnya abad ini disebut Abad Kegelapan. Pada periode ini, khususnya, di awal abad ke 6, Kristen telah menyebar keluar dari tanah kelahirannya Palestina ke Eropah, Mesopotamia, Armenia, Caucasus, Nubia dan Abyssinia. Namun di daerah-daerah dimana Kristen tersebar tidak ada bukti kuat akan adanya prestasi intelektual, yaitu dalam bidang filsafat dan sains. Meskipun waktu itu, yakni abad 3 dan 5 M, banyak cendekiawan Kristen yang menguasai filsafat Yunani, tapi filsafat Yunani hanya diserap kedalam diskursus teologi saja. Maka dari itu apa yang dianggap filsafat pada masa itu, menurut Marenbon bukanlah filsafat, tapi teologi. Itulah sebabnya kontribusi para paderi Kristen terhadap perkembangan filsafat pada awal Abad Pertengahan di Barat, dianggap sangat minim. Alasannya jelas, bahwa pemikiran spekulatif Yunani pada masa itu tidak banyak yang diterjemahkan. Maka dari itu menetapkan waktu awal kebangkitan kebudayaan Barat pada abad ke 6 adalah tidak relevan. 
                                                 Kota Rom
Jika Abad Pertengahan dianggap sebagai akar kebangkitan Barat, maka semestinya pada abad ini terdapat segala sesuatu bagi persiapan kebangkitan Barat. Tapi menurut Willian R Cook et al., dalam bukunya The Medieval Worldview, Yunani kuno masih tetap dianggap sebagai “inventor”terbesar bagi kebudayaan Barat dibanding yang lain. Aspek-aspek seni dan sastra, penulisan sejarah, demokrasi, cabang-cabang filsafat termasuk filsafat politik, etika dan ilmu-ilmu yang sekarang dikelompokkan sebagai ilmu-ilmu alam (natrual sciences) berasal dari Yunani. Tapi dari itu semua warisan Yunani terpenting yang disumbangkan kepada Abad Pertengahan adalah pemikiran dua filosof besar Plato dan Aristotle.[12] Sejarawan David Knowles dalam The Evolution of Medieval Thought bahkan menyatakan bahwa hampir semua pemikiran filsafat Abad Pertengahan yang paling utama diambil dari pemikiran Athena antara tahun 450-300 SM,[13] maksudnya dari pemikiran Plato. Menurut William, semua pemikiran Aristotle tidak ada yang dibuang pada Abad Pertengahan. Bahkan kompilasi undang-undang gereja abad ke 12 dan digunakan pada abad abad berikutnya disusun berdasarkan prinsip-prinsip logika Aristotle. Sintesis teologi Thomas Aquinas yang terkenal yaitu Summa Theologiae tersusun berkat logika Aristotle.[14] Tapi masalahnya, baik pemikiran Plato maupun Aristotle tidak diketahui masyarakat barat Abad Pertengahan secara langsung. Terjemahan Boethius terhadap sebagian karya logika Aristotle tahun 500 M, pun tidak diketahui oleh masyarakat Eropah Barat dari abad ke 8 hingga abad ke 12. William menggambarkan bahwa akar Abad Pertengahan adalah percampuran antara Yahudi-Kristen dan Yunani-Romawi yang terjadi dizaman kekaisaran Romawi. Namun, Romawi tidak betahan lama dan digantikan oleh kultur Kristen-Latin, meskipun tanpa dukungan institusi yang kuat. Tak lama kemudian kebudayaan Jerman dan Celtic, khususnya Irlandia masuk dan mempengaruhi pandangan hidup Barat. 
                                                  Kota Rom
Periode ini menurut William sangat penting bagi perkembangan kebudayaan Barat.[15] Disini persoalan dari mana Barat Abad Pertengahan belajar pemikiran Plato dan Aristotle masih kabur dalam sejarah Barat. Yang pasti Barat Abad Pertengahan telah berhasil keluar dari Abad Kegelapan (Dark Ages) dan mengembangkan suatu pandangan hidup baru (new worldview) yang mengantarkan mereka kepada abad Pencerahan. Dalam masalah ini Alparslan berkomentar “if the West did not develop a new worldview in the Middle Age, they would not be able to come out of the Dark Ages and as a result no adequate environment for scientific progress would have been possible within that civilization”.[16] Hanya pertanyaannya, darimanakah Barat Abad Pertengahan memperoleh pandangan hidup baru itu? Dari Pandangan Hidup Islam Jawaban dari pertanyaan diatas tidak lain hanyalah faktor Islam. Faktor yang tidak banyak diperhitungkan oleh sejarawan Barat. Kebangkitan Islam dengan pandangan hidup yang baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad mengalami penyebaran yang cepat dibawah kekhalifahan bani Umayyah, dan kemudian Abbasiyah dari abad ke 6 hingga 15 M. Pada zaman inilah Abad Kegelapan dan Abad Pertengahan Barat berada, dan Kristen pada masa itu tersebar dipinggiran dunia Islam.[17] Pandangan hidup Islam secara perlahan-lahan termanifestasikan kedalam kegiatan-kegiatan intelektual dan keilmuan. Sebagai hasilnya, dapat disaksikan ketika Muslim menaklukkan dan menguasai Spanyol dan daerah lain seperti Levant. Kawasan ini kemudian menjadi daerah yang paling cerah dan menjadi kehidupan kultural yang paling dinamis dalam peta kebudayaan Kristen di Barat.. Dizaman kekhalifahan Bani Umayyah, misalnya Muslim telah banyak mentransmisikan pemikiran Yunani. Hampir semua karya Aristotle, dan juga tiga buku terakhir Plotinus Eneads, beberapa karya Plato dan Neo-Platonis, karya-karya penting Hippocrates, Galen, Euclid, Ptolemy dan lain-lain sudah berada di tangan Muslilm untuk proses asimilasi.[18] Jadi Muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani tersebut.
Mereka mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam.[19] Jadi proses asimilasi terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Artinya ummat Islam mengadapsi pemikiran Yunani ketka peradaban Islam telah mencapai kematangannya dengan pandangan hidupnya yang kuat. Disitu sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam.[20] Produk dari proses ini adalah lahirnya pemikiran baru yang berbeda dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani. Bandingkan misalnya konsep jawhar para mutakallimun dengan konsep atom Democritus. Jadi, tidak benar, kesimpullan Alfred Gullimaune yang menyatakan bahwa framework, skop dan materi Filsafat Arab dapat ditelusuri dari bidang-bidang dimana Filsafat Yunani mendominasi sistim ummat Islam Sebab pemikiran Yunani, menjadi tidak dominan setelah proses transmisi. Muslim lebih berani memodifikasi pemikiran Yunani dan mengharmonisasikannya dengan Islam keimbang masyarakat Barat Abad Pertengahan, sehingga akal dan wahyu dapat berjalan seiring sejalan dan pemikiran Yunani tidak lagi menampakkan wajah aslinya. Berbeda dari Muslim, masyarakat Barat Abad Pertengahan yang mengaku mengetahui karya-karya Yunani, ternyata tidak mampu mengharomiskan filsafat, sains dengan agama. Kondisi ini kelihatannya yang mendorong para teolog Kristen menggunakan tangan pemikir Muslim untuk memahami khazanah pemikiran Yunani. Jika pemikiran Muslim didominasi pemikiran Yunani, maka wajah peradaban Islam di Spanyol mestinya adalah wajah Yunani. Tapi realitanya, Spanyol adalah satu-satunya lingkungan kultural Muslim yang dominan, padahal kawasan itu merupakan tempat pertemuan kebudayaan Kristen, Islam dan Yahudi. Fakta sejarah membuktikan bahwa di Spanyol orang-orang Kristen tenggelam kedalam apa yang disebut sebagai Mozarabic Culture.[22] Kultur Islam yang dominan inilah mungkin yang member sumbangan besar bagi lahirnya pandangan hidup baru di Barat. Morris menggambarkan bahwa kontak dan konflik antara Kristen-Yahudi dan Muslim memberi stimulus tidak saja kepada bangkitnya ideologi dan intelektualitas Eropah Abad Pertengahan, tapi juga imaginasinya.[23] Maksudnya kuriositas orang-orang Barat tumbuh ketika menyadari bahwa Muslim memiliki pandangan hidup yang canggih (sophisticated) dan ilmu pengetahuan yang kaya lebih dari apa yang terdapat di dunia Latin. Inilah yang sebenarnya terjadi.Dari perspektif teori terbentuknya pandangan hidup. Kita dapat menyatakan bahwa Spanyol adalah tempat dimana Barat menyerap aspirasi dari Muslim bagi pengembangan pandangan hidup mereka. Atau setidak-tidaknya, Barat memanfaatkan pertemuan mereka dengan Muslim untuk memperkaya pandangan hidup mereka. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Barat menempuh berbagai macam cara untuk mentransfer aspek-aspek penting pandangan hidup Islam yang berupa konsep-konsep itu. Jayusi mengkaji dan menemukan bahwa model transformasi kultur Islam ke dalam kebudayaan Barat ada lima: pertama, melalui cerita-cerita dan syair-syair yang ditransmisikan secara oral oleh orang-orang Barat. Kedua, dengan cara kunjungan atau tourisme, pada abad ke 7 M, Cordoba adalah ibukota negara Islam yang menonjol dan merupakan kota yang paling berperadaban di Eropah, dan karena itu orang Eropah berduyun-duyun mengunjungi tempat ini untuk belajar dari peradaban Islam. Ketiga, waktu itu terdapat hubungan perdagangan dan politik resmi melalui utusan yang dikirim dari kerajaan-kerajaan di Eropah. Keempat, dengan cara menterjemahkan karya-karya ilmiyah orang Islam.
Faktanya, monastri-monsatri Eropah, khususnya Santa Marie de Rippol, pada abad 12 dan 13 M memmiliki ruangan penyimpan manuskrip bagi sejumlah besar karya-karya ilmiyah orang Islam untuk mereka terjemahkan. Kelima, untuk kelancaran proses penterjemahan raja-raja Eropah mendirikan sekolah untuk para penterjemah di Toledo, tepat sesudah pasukan Kristen merebut kembali kota tersebut pada tahun 1085. tujuannya adalah untuk menggali ilmu pengetahuan Islam yang terdapat pada perpustakaanperpustakaan bekas jajahan Muslim itu.[25] Namun, kebangkitan Barat tidak terjadi langsung sesudah proses tranformasi tersebut diatas. Sebab tidak ada peradaban yang bangkit secara mendadak dan tiba-tiba, sekurangkurangnya diperlukan waktu satu abad lamanya bagi suatu peradaban untuk bangkit. Islam sendiri bangkit menjadi sebuah peradaban yang memiliki konsep-konsep kepercayaan, kehidupan, keilmuan dan lain sebagainya sesudah beberapa abad lamanya. Dari awal kemunculannya pada abad ke 7 M, Muslim baru dapat muncul sebagai peradaban yang kuat pada abad ke 12 M, disaat mana para cendekiawannya mampu menguasai ilmu pengetahuan Yunani, Persia dan India, dan kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan baru yang telah disesuaikan dengan konsep-konsep penting dalam pandangan hidup Islam. Ilmu-ilmu yang dihasilkan diantaranya adalah matematika, kedokteran, farmasi, optik dan lain-lain. Ini bukan sekedar sistimatisasi ilmu pengetahuan Yunani, seperti yang di duga para orientalis,[26] tapi menyangkut hal-hal yang detail dan bahkan menghasilkan prinsip-prinsip baru dalam bidang sains, sehingga hasilnya sains dalam Islam, dalam bahasa Willian McNeil "went beyond anything known to these ancient preceptors". Sesudah melalui sejarah yang panjang proses transformasi dan penyerapan peradaban Islam kedalam kebudayaan Barat, para ilmuwan Barat, dibawah kepemimpinan para pendeta Kristen, mulai mengembangkan filsafat dan sains mereka.
Oleh sebab itu perkembangan Eropah Barat yang terjadi pada pertengahan abad ke 13 intinya adalah kombinasi elemen yang sering dinamakan Greco-Arabic-Latin. Selanjutnya, pada akhir abad ini kerajaan Kristen di Barat menjadi kekuatan kultural yang menonjol.[28] Dan dengan berakhirnya abad ke 15 konsep-konsep mereka tentang alam semesta dan ilmu pengetahuan menjadi matang dan melapangkan jalan bagi perkembangan filsafat dan sains di Barat. Fakta-fakta sejarah dan framework para sejarawan dalam memahami fakta-fakta tersebut dapat diuji dengan merujuk kepada teori lahirnya pandangan hidup. Pembentukan suatu pandangan hidup dalam pikiran kita terjadi melalui kultur, teknologi, pemikiran keilmuan, keagamaan dan spekulasi yang diperoleh dari pendidikan atau upaya sadar dalam mencari ilmu. Jadi pandangan hidup diperoleh melalui proses alami, pendidikan dan masyarakat, serta agama. Setelah suatu pandangan hidup terbentuk, masyarakat dapat mengatur kehidupan mereka berdasarkan pada pandangan hidup, dimana ide, kepercayaan dan konsep-konsep membentuk suatu jalinan konsep yang saling berhubungan atau architectonic network, untuk meminjam istilah Kant. Ketika bangunan konsep dalam suatu pandangan hidup telah terbentuk maka adapsi, tansmisi dan transformasi konsep-konsep asing adalah sesuatu yang tidak lagi masalah. Tapi dalam kasus kebudayaan Barat, transmisi konsep-konsep asing melalui penterjemahan pada abad ke 5, atau awal Abad Pertengahan, seperti dinyatakan Marenbon, masih sangat sedikit. Ini terjadi karena bangunan konsep dalam pandangan hidup Barat belum terbentuk. Orang-orang Krsiten tidak berani menterjemahkan dan mensintesiskan pemikiran Yunani dengan dengan doktrin Kristen. Pernyataan Peter sangat jelas, bahwa orang Kristen tidak dapat menyempurnakan penterjemahan Organon Aristotle khawatir akan membahayakan keimanan mereka.[29] Mereka tidak mampu menyerap kecanggihan pemikiran Yunani karena tidak adanya mekanisme yang canggih untuk memproduksi konsep-konsep keilmuan yang terstruktur 'scientific conceptual scheme' dalam pandangan hidup mereka. Fakta sejarah menunjukkan bahwa struktur konsep keilmuan di Barat lahir segera setelah mereka bersentuhan dengan peradaban Muslim yang canggih. Jadi ketika peradaban Islam memimpin dunia sejak abad ke 7 M hingga abad ke 15 M Barat tidak hanya mentransfer pemikiran Yunani dari Arab ke Latin, tapi juga menyerap mekanisme intelektual mereka yang canggih. Temuan Jayyusi tentang cara-cara Barat mentransfer berbagai aspek dari peradaban Islam, merupakan bukti yang memadahi bahwa sebenarnya mereka waktu itu sedang mengembangkan struktur konsep keilmuan dalam pandangan hidup mereka. Setelah mereka mengembangkan pandangan hidup mereka, orang Kristen Barat tidak lagi khawatir menerjemahkan teks-teks Yunani seperti sebelumnya, apalagi teks-teks yang telah disintesakan atau dimodifikasi oleh orang-orang Muslim.[30] Jadi lahirnya filsafat dan sains di Barat bukan hanya karena jasa terjemahan dari Yunani kedalam Islam atau Islam ke Latin, tapi juga karena adanya transmisi pandangan hidup Islam yang memilik struktur konsep keilmuan yang canggih kedalam pemikiran orang Barat.
Penutup Dari uraian diatas maka akar kebudayaan Barat bervariasi dan diantara akarnya yang mendorong munculnya abad Pencerahan adalah pandangan hidup Islam. Untuk menggaris bawahi kajian diatas pernyataan al-Attas yang sangat tepat dan penting untuk dikutip adalah bahwa kebudayaan Barat: …..berkembang dari fusi kultur, filsafat, nilai dan aspirasi Yunani dan Romawi; dicampur dengan Yahudi dan Kristen, yang kemudian dikembangkan dan dibentuk oleh orang-orang Latin, Jerman, Celtic dan Nordic. Dari Yunani diambil elemen filsafat dan epistemologi, dasar-dasar pendidikan, etika dan estetika; dari Romawi diambil elemen hukumnya, ketata-negaraan dan pemerintahannya; dari Yahudi dan Kristen diambil elemen kepercayaannya dan dari orang-orang Latin, Jerman, Celtic dan Nordic diambil jiwa independen, nasionalisme dan nilai-nilai tradisionalnya. Pengembangan ilmu-ilmu alam dan fisika serta teknologi, yang dilakukan bersama orang-orang Slavia telah mendorong mereka mencapai puncak kekuasaan. Islam juga member sumbangan sangat penting kepada kebudayaan Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam menanamkan semangat rasional dan keilmuan. Namun ilmu pengetahuan dan juga semangat rasional dan keilmuan itu telah dibentuk ulang agar sejalan dengan kultur Barat, sehingga semuanya menyatu dan bercampur dengan elemen-elemen lain yang membentuk ciri-ciri dan wajah kebudayaan Barat.[31] Poin penting yang perlu dicatat adalah bahwa diantara akar kebudayaan Barat adalah ilmu pengetahuan, semangat rasional dan keilmuan yang disumbangkan Islam, dan itu semua merupakan elemen terpenting yang merupakan produk pandangan hidup Islam. Namun, tidak serta merta dapat disimpulkan bahwa karena Barat mengambil dari Islam, maka Muslim sekarang dapat mengambil segala sesuatu dari Barat. Sebab, seperti dinyatakan oleh al-Attas, konsep-konsep Islam yang diambil Barat telah dimodifikasi sehingga nilai-nilai Islam tidak dapat lagi dikenali, yang nampak menonjol adalah wajah kebudayaan Barat. Proses yang sama juga terjadi ketika Islam sebagai peradaban yang memiliki konsep-konsep yang kuat, konsep-konsep pinjaman dari kebudayaan asing dimodifikasi dan ditransmisikan kedalam lingkungan konsep Islam dan hasilnya adalah konsep-konsep yang berwajah Islam. Proses itu perlu kini perlu dilakukan kembali agar konsep-konsep asing menjadi tuan rumah dalam peradaban Islam yang agung ini.

Rujukan:
[1] Lengkapnya "presumably a history of western philosophy should begin with the beginning of western philosophy, andwestern philosophy begun in the sixth century BC with Thales, the father of Greek philosophy and thus the father ofphilosophy in the western world" Jones, W.T.C, A History of Western Philosophy, The Classical Mind, Harcourt BraceJovanovich Publisher, Chicago, 1970, p.2.
[2] Onians, R.B. The Origin of European Thought, Cambridge University Press,
Cambridge, 1989.
[3] Arthur, W.H.A., et al., Reading in Western Civilization, University of Chicago Press, Chicago, 1985.
[4] Couplestone, A History of Philosophy, p. 11
[5] Holmes, George, The Oxford History of Medieval Europe, ibid. pp, vi,ix.
[6] Couplestone, A History of Philosophy, p.11
[7] Holmes, George, The Oxford History of Medieval Europe, pp., vi,ix.
[8] Martin, C.J.F, An Introduction of Medieval Philosophy, p.10. McNeill also put the year of 1000 as the beginning of vigorous civilization of the western Europe. See William McNeill, The Rise of the West, The University of Chicago, Chicago, 1996, p.484.
[9] John Marenbon, Early Medieval Philosophy, Routledge, London, 1991, pp. xvi; 27
[10] Brownnoted that in the areas of Latin west and in the Greek east literary production suffered a crisis between the late sixth and eighth centuries. See Brown, Thomas, The Transformation of the Roman Mediterranean, in George Holmes, 'Oxford' p.52
[11] Marenbon, John, Early Medieval Philosophy, Routledge, London, 1988, p.17.
[12] William R Cook dan Roland BHerzman, The Medieval Worldview, 29-30
[13] David Knowles, The Evolution of Medieval Thought, New York Random Haouse, 1962, hal.3-4
[14] William, The Medieval, 35.
[15] Ibid, 115
[16] Acikgenc, Alparslan, Islamic Science, Towards a Definition, pp.30-31.[17] McNeill, William, The Rise of the West, p.441.
[18] Sharif, M.M., A History of Muslim Philosophy,vol. II, Low Price Publication, Delhi, 1995, p.1349.
[19] Leaman, Oliver, An Introduction to Medieval Islamic Philosophy,Cambridge University Press, Cambridge, 1985, p.6.
[20] Brown, Thomas, The Transformation of the Roman Mediterranean, 400-900, in George Holmes, The Oxford History of Medieval Europe, pp.50-51. He also noted that the remarkable success and the strength of Islam was due mainly to their ability "to evolve an original and durable synthesis". They took over the more effective and appealing tenets of other faiths and retained viable elements of Graeco-Roman administration and urban culture while maintaining the distinctiveness and vitality of their own culture. See Ibid., p. 11.
[21] Alfred Gullimaune, “Philosophy and Theology” in The Legacy of Islam, Oxford
University Press, 1948, p.239.
[22] Mozarab was originally Spanish derived from Arabic musta'rab meaning 'arabized', or would-be-Arab, but the term is used for one who claims to be an Arab without being so. Mikel said that it is originally a pejorative term for Christian of Arabic origin living in the medieval Christian kingdom, particularly Toledo. But it also refers to a member of Christian congregation in Spain that maintain a modified form of its religion after the Muslim conquest. See Mikel De Eplaza, Mozarab, An Emblematic Christian Minority in Islamic Andalus, in Salma Khadra Jayyusi, "The legacy of Muslim Spain", E.J.Brill, Leiden, 1992, pp.149-170. Cf. Webster Comprehensive Dictionary, Trident Press International, 1996, p. 833
[23] Morris, Rosemary, Northern Europe invades the Mediterranean, 900-1200, in George Holmes, The Oxford, Ibid., pp.194-195
[24] Alparsalan states that world view is formed in the human mind either through cultural, scientific, religious and speculative idea by means of education or through conscious effort to acquire knowledge, or through both means. See Alparsalan Acikgenc, Islamic Science, p. 15
[25] Jayyusi, Salma Khadra, The Legacy of Muslim Spain, Ibid, pp.1059-1060; Toledo is the most important seat of this activity but in a smaller scale were established in Salerno, Salamanca and Venice. See William McNeill, Ibid., pp. 548-550; For more detail on the process of transformation through translation see Myers, Eugene A, Arabic Thought and The Western World, Frederick Ungar Publishing co., New York, 1964, pp.78-130.
[26] Lihat misalnya, O’Leary, De Lacy, Arabic Thought and Its Place
in History, Routledge & Kegan Paul Ltd, London, 1963.p.viii.
[27] William McNeill, Ibid., p. 418
[28] Myers, Eugene A, Arabic Thought, p.132
[29] Acikgenc, Alparsalan, Islamic Science, pp.14-15.
[30] Peter, F.E. Aristotle and The Arabs, The Aristotelian Tradition in Islam, New York University Press, New York 1968, p.57.
[31] Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur: ISTAC, 1993, hal. 134. Buku ini dicetak pertama kali tahun 1978.


Pengembaraan-Ku Di Sebuah Daerah - Lahad Datu




Di saat saya menyiapkan beberapa nota, pena dan bekalan untuk dibawah dalam pengembaraanku, terasa risau jiwaku untuk memikirkan apa yang akan berlaku dalam perjalanan ini. Tapi kulihat setika Masjid Semporna Ar-Rahman begitu tenang dan aman seolah ada manusia mendoakan saya semoga dapat menemui jalan kebenaran bila berada dinegeri orang dan teringat doa isteriku serta anak-anakku yang tidak sabar lagi untuk pulang kembali kepada kepada mereka(mereka berdoa kepadaku tentang pengembaraanku ini – mereka memesan tulisanlah apa ayah tulis pasti kami akan membacanya disaat kami meningkat dewasa nanti). Jauhnya berada dirantau orang seolah saya terasa jauh dari tanah kelahiranku iaitu Semporna, namun kekuatan yang ada minat mendalami mencari ilmu, saya mula menyedari manusia itu perlu mengubah dirinya sebelum mengubah orang lain. Di stesen Semporna disitulah ke stesen Lahad Datu yang berhampiran dengan rumah T.Y.T Tun Sakaran Dandai, juga berdekatan beberapa kedai minuman dan makanan, kedai belanja dan kedai membaiki kulit bangku kereta dan hiasan bangu rumah dan berdekatan dengan stesen bas semporna ke Kota Kinabalu iaitu bas ‘manis’ dan bas ‘Sabariah’ dulu bas ‘Diana’ singgah disini, tetapi bila ada kawasan yang sesuai lagi kawasan disitu agak sempat, terpaksa cari tempat lain.
Bermulalah pengembaraanku  ke Lahad Datu yang mengambil masa begitu lama lebih 3 jam untuk sampai ke Lahad Datu dan saya terpaksa meninggalkan Pekan Bernama Semporna untuk sementara waktu dan untuk meneruskan pengembaraan ini. kulihat wajah alam dan isinya semua sedang bekerja untuk ratapan manusia dan supaya manusia ingin belajar tentang kehidupan yang sebenarnya. Kata orang ‘pengembaraan tidak bererti seseorang itu membawa diri kerana kecewa ditempat sendiri, oh! Tidak, sebenarnya jika seseorang itu dianugerahkan oleh Allah SWT dalam kebolehan sesuatu perkara pasti dia akan memperolehi begitu banyak mendapat hikmah yang paling tinggi dalam hidupnya, dan hikmah itulah akan membawa seseorang hidup lebih jauh lagi, saya akui permulaan itu sering digambarkan permulaannya agak susah dan sukar mencari bagaimana pengembaraan itu dimulakan. Berada didalam perjalanan, saya cuba memikirkan perihal keadaanku bila berada ditengah perjalanan antara Semporna dan Lahad Datu terasa susah untuk mulakan catatan, apatah lagi keadaan dalam bas yang saya naiki sentiasa bergerak terus bergerak agak sukar untukku membetulkan apa yang saya fikirku dalam keadaan ini. Sedar tak sedar saya sudah berada di bahagian Pekan Kunak, dengan  kesibukannya dijalanraya yang luas ini teringat pula wajah indah yang berlabauh didalam pengembaraan ini, salah satunya adalah melihat manusia sedang menyentuh alam dengan sabar, tekun dan rajin memilih menilai apa yang dicari dicelah-celah tanah hinggakan hasilnya dijual ditepian jalan disimpang jalan antara Pekan Kunak dan Lahad Datu setelah berhenti nak makan tengahari, distulah saya melihat gelagak orang didalam bas sentiasa keadaan kepayahan dan tidak bermaya untuk bangun apatah lagi memahami pengembaraan ini. Setelah letih merenung usia alam ini, saya mula merasai kepayahan orang bertani asyik menjadi penyambut tetamu setelah ketibaan para penumpang simpang disini digerai seorang berbangsa Bugis mereka jual adalah buah-buahan termasuklah minum mineral dan makanan ringan. Saya mula masuk ke bas dan merehatkan diri sebelum membuat catatan lagi, saya melihat jam di handset Nokia(yang dibagi oleh adikku iaitu Suffian), dan semua pemumpang yang sebas dengan mula masuk setelah mengisi perut di sebuah gerai di Pekan Kunak.
Di saat inilah saya menulis, ‘Dan manusia dan alam sering memerlukan untuk menguasai sebuah kehidupan yang perlu dicatat dalam sehelai kertas putih supaya ia tidak hilang dalam ratapan kehidupan- ‘Wahai alam, aku disisimu yang tidak tahu apa-apa ada sedangkan aku sedang berjalan di tanah orang dan aku amat memerlukan arah jalanmu dan berikanlah sebuah kehidupan untukku wahai alam sesungguh budimu cukup dalam untuk membentuk diri manusia ini supaya tahu keagungan Allah SWT , wahai alam, engkau menyimpan peribadi Allah SWT amat tinggi nilainya dan jadikanlah aku sebagai manusia amat memerlukan didikan dari Tuhanmu supaya aku tidak tergolong kepada manusia yang sombong dan ego disisi Allah SWT….Amin’
Wajah alam Daerah Lahad Datu mula menjelma setelah melintas bukti yang ada disekelilingnya yang menghadap ke laut dipersisiran pantai timur Sabah, rumah-rumah singgahan iaitu rumah pendatang bersarang dikawasan paya bakau. Lautan luas menampakkan diri sebagai dialah paling luas antara ciptaan Allah SWT dengan tumbuhan yang menghijau pelbagai jenis, terlihat seanak kecil menolong seibu dikebun seluas seekar luasnya, terasa hati tersentuh ukiran hidupnya yang penuh pengertian hidup dalam hidup, sianak masih berumur 7 tahun sudah pandai menyentuh wajah seorang ibu yang sedang mencucuk tanam dan lalu dia membagi segelas air kepada ibunya sedang bekerja, inilah lukisan alam yang cukup istmewa bagiku bila bas berehat seketika nak menyejukkan enjim bas yang terasa panas dalam perasaan pemandu bas kami naiki. Lembu-lembu ditepian berjalan beriringan berjalan seolah meneruskan perjalanan hidup yang menjemput saya memahami arah jalan kemana lagi akan diperpergikan lagi selepas ini.  Dua jam  berada diruang jalan asing tiada teman hanyalah menulis sahaja terasa sepi dalam pengembaraan ini. Terpaksa kami meninggalkan hentian ini bersama ibu dan anak sedang bertani diatas tanah seekar luasnya menuju ke Lahad Datu, tak sampai beberapa jam kelihatan perumahan Muhibbah antara perumahan yang ramai penghuninya dan rumah-rumah persendirian meratap diri ditepian jalan merupakan rumah hak sendiri. Kesibukan pelbagai kenderan menjadi budaya diwaktu pagi dan petang apatah lagi diwaktu cuti – ‘Sabtu dan Ahad,’ masa itu emas, semua sudah berlaku berada disini mengubah tanggapan saya terus memahami budaya masyarakatnya setelah tiba di Lahad Datu sampai ke Stesen Utama dekat Pejabat Pos dan Supermarket serta jalan utama ke balai Polis.
Dengan keadaan yang penat sangat, saya mula menyewa hotel murah satu malam RM45 dimana hotel ini bersebelah dengan stesen utama kerana kawasan itu mudah mendapat makanan ikan bakar dan makanan tempatan ‘Putu, Segol dan latu inilah makanan tradisional bangsa saya. Berada disebuah daerah yang tidak asing seperti duduk di Semporna, apa yang menariknya paling ramai adalah sukukaum Bajau disini. Setelah berehat panjang, malam sudah menjelma dan menjemput saya merenung cahaya bersarang disisi alam yang singgah sebagai pelita malam. Suara maghrib membuka kata malam terdengar ditepian jendela bilikku, begitu sadunya dan merdunnya membuatkan saya terdiam dan menghayati suasana alam ketika malam sudah berada disisiku. Dan saya mula mensucikan diri dengan bersolat pada waktu itu, 35 minit bersujud pada Allah SWT, saya memohon doa kepada Allah SWT sambil berkata kepadanya: ‘Wahai Allah SWT, aku tetamu datang ke daerah orang tiada apa yang dibanggakan berikan kekuatan untuk menulis sejarahnya supaya ia tidak hilang dalam pengembaraanku ini….dan jadikanlah ia sebagai ratapan bagi manusia ingin tahu jalan hidup di Daerah ini…..Wahai Allah SWT, kerdilnya aku disisimu tiada harta yang ada, Cuma yang ada pada saya adalah seorang pengembara yang masih berada disisi alam.’ Malam sudah diserami cahaya dan asap meliar menandakan kedudukan ini, gerai-gerai sudah ada, lalu saya keluar dari bilik hotel dan membeli lawa bungkus untuk dimakan didalam bilik. Keriangan malam itu begitu indah untuk digambarkan sebagai satu kehidupan inilah hebatnya Daerah Lahad Datu bila ujudnya pasar makan ketika malam sepi. Melarat makan sendirian didalam bilik Hotel, sambil merenung lalau hidup yang dizamankan oleh manusia sedang berlabuh tanpa kesudahan terus menganggu ruang-ruang alam yang bertapak malam ini, terasa sepi tiada teman mengkungkung diri akhirnya selesa selepas makan tiada di atas kertas(bungkusan), saya merehatkan diri sebelum saya mencatat kisah pengembaraanku. Hariku sudah berada disini, jendela malam itu memberi saya ilham untuk mrenung hidup yang berada jauh. Inilah catatanku berada di bumi daerah Lahad Datu dan memahami sejarahnya.
Lahad Datu, timur Sabah merupakan sebuah daerah yang mempunyai nilai sejarah tersendiri. Lahad Datu, semasa pemerintahan Chartered Company, merupakan tempat persinggahan datu-datu dari kesultanan Sulu. Lahad berasal dari perkataan suku Βajau-Ѕinama, yakni bermaksud tempat atau negeri, manakala Datu, merupakan Кeturunan Βangsawan mahupun yang sudah lama menetap di daerah ini khususnya ketua-ketua suku kaum atau Panglima dan Pembesar daerah. Darisegi ekonomi Lahad Datu merupakan kawasan perdagangan dan pemerintahan, sebelum pembangunan giat dijalankan, Lahad Datu menjalankan perniagaan kelapa dan kopra atau kelapa kering. kini, ekonominya lebih tertumpu kepada penanaman kelapa sawit, selain dari ekonomi lain. Darisegi Kedudukan Lahad Datu dari segi geografi, terletak di kawasan pantai timur Sabah di dalam bahagian Tawau. Ia terletak pada kedudukan latitud 5° 1' Utara dan longitud 118° 19' Timur pada jarak lebih kurang 500 km dari Bandar Utama Sabah iaitu Kota Kinabalu dan berhampiran dengan beberapa tempat seperti Sandakan, Tawau, Kinabatangan, Kunak dan Felda Sahabat. Manakala, keluasan daerah Lahad Datu ialah 6,635.2 km2. Lahad Datu mudah dikunjungi melalui jalan darat, air mahupun udara. Melalui jalan darat, Lahad Datu mempunyai sistem jalanraya yang menghubungkannya dengan bandar-bandar yang lain. Jumlah penduduk Lahad Datu setiap tahun meningkat dengan kadar pertumbuhan purata tahunan (%) iaitu 10.01 bagi tahun 1980-1991 dan 3.10 bagi tahun 1991 – 2000. Manakala bagi jumlah penduduk ialah pada tahun 39,262(1980) , 118,096(1991) , 156,059(2000). Lahad Lahad mempunyai tempat-tempat menarik untuk dikunjungi seperti pelancongan alam sekitar. Kawasan hutan lahad datu yang masih kurang diteroka telah mendorong kerajaan mewujudkan hutan simpan. Antara kawasan menarik yang terletak di sini ialah Hutan Simpan Lahad Datu ,Lembah Danum, Taman Hidupan Liar Tabin dan Gua Madai. Di dalamnya terletak daerah kecil Tungku. Pada 23 April 2010, Timbalan Menteri Pengangkutan Datuk Abdul Rahim Bakri mengumumkan lapangan terbang baru akan dibina di sini kerana lapangan terbang sedia ada tidak memenuhi piawaian keselamatan lapangan terbang antarabangsa atau 'Aviation Certification and Interoperability Office' (ACIO). Penduduk Lahad Datu kini melebihi 300,000 orang. Alternatif ialah di Silabukan, kira-kira 25 kilometer dari bandar Lahad Datu. Pilihan lain ialah Sandau, kira-kira 35 kilometer dari bandar Lahad Datu. Silabukan merupakan kawasan ladang kelapa sawit milik agensi kerajaan negeri Sabah dan lebih mudah proses tukar milik dilakukan. Silabukan juga terletak di antara Tungku, bandar Felda Sahabat dan bandar Lahad Datu, berhampiran kawasan Kluster Perindustrian Kelapa Sawit (POIC) serta Hutan Simpan Tabin dan dihubungkan dengan sistem jalan raya yang baik. Terdapat berbagai suku kaum yang mendiami Daerah Lahad Datu seperti suku Kaum Idahan, Melayu, Cocos, Suluk, Ubaian, Jawa, Cina, Bajau, Orang Sungai, Kadazan/Dusun, Murut, Bugis yang merupakan kaum bumiputera di sini. Selain itu, terdapat juga segelintir penduduk kaum Cina dan India yang membentuk populasi penduduk di Lahad Datu.
Berada dalam masyarakat majmuk yang berbilang kaum dan berlainan agama menjadikan penduduk di sini unik dan sentiasa berada dalam keadaan yang aman dan makmur. Perkongsian adap serta budaya yang diturunkan oleh generasi terdahulu turut dikongsi bersama di antara masyarakat yang ada di sini. Sebagai contoh, kaum cocos sememangnya terkenal dengan tarian cocos yang diwarisi sejak dahulu kala dan masih dilakukan oleh generasi pada hari ini semasa majlis kebudayaan atau acara-acara rasmi. Selain itu, kaum Idahan pula terkenal kerana warisan sarang burung hitam di Gua Madai yang turut menjadi sumber pendapatan kaum tersebut dari dahulu sehingga kini. Kependudukan atau taburan penduduk dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi serta kemudahan perhubungan sama ada jalan raya, sungai, laut atau udara. Pada awal pembukaan penempatan hanya tertumpu di sepanjang kawasan pantai dan pulau-pulau serta Bandar Lahad Datu. Pembangunan ladang-ladang kelapa sawit turut merancakkan lagi pertumbuhan penempatan baru seperti Bandar Baru Cenderawasih dan Bandar Desa Kencana–Sahabat 16. Perangkaan yang dibuat oleh Pejabat Daerah Lahad Datu pada tahun 2000 menjangkakan penduduk di sini adalah seramai 156,297 ribu orang dengan kadar pertumbuhan 3.5 peratus pada setiap tahun. Kampung yang terdapat di sekitar Lahad Datu adalah di sepanjang pantai dan sungai-sungai selain di kawasan bandar dan pekan sendiri. Bilangan kampung semakin bertambah dari hari ke hari di sebabkan oleh peluang pekerjaan yang semakin meningkat dalam mengusahakan ladang-ladang kelapa sawit yang banyak di sini. Terdapat beberapa buah kampung yang terbentuk didalam Mukim Segama, Silam, Bandar, Dam, Silabukan dan Tungku. Kesemua kampung-kampung yang ada di sini masih mengekalkan ciri-ciri tradisional dalam pembinaan rumah serta adat dan budaya yang diwarisi oleh nenek moyang mereka. Ada di antara kampung ini yang terletak di persisiran laut, di tepi sungai dan kawasan pendalaman. Pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk setempat adalah mengusahakan tanaman kelapa sawit atau menjadi nelayan tradisional. Tidak kira apa bentuk kehidupan yang dilalui oleh mereka, semangat muhibah di antara setiap kaum tanpa mengira batas agama tetap menjadi tunjang keutamaan masyarakat di Lahad Datu. Pejabat Daerah Lahad Datu merupakan pusat pentadbiran bagi daerah ini yang telah wujud sejak zaman kolonial lagi. Beberapa bangunan telah dijadikan pejabat daerah sementara sebelum mempunyai bangunan baru yang siap dibina pada tahun 1981. Pejabat daerah ini terletak betul-betul di tengah-tengah Bandar Lahad Datu untuk memudahkan setiap urusan dan perkhidmatan kepada masyarakat disini. Ketua Pentadbir Daerah diketuai oleh seorang Pegawai Daerah yang turut merangkap sebagai Pengerusi Majlis Daerah Lahad Datu (MDLD) dan dibantu oleh dua orang Penolong Pegawai Daerah (Pentadbiran dan Pembangunan Luar Bandar). MDLD telah ditubuhkan pada 1 Januari 1962 di bawah Ordinan Kerajaan Tempatan 1961. Antara lainnya, merupakan agensi penguat kuasa tempatan yang turut menyediakan kemudahan-kemudahan asas dan perkhidmatan bandaran kepada masyarakat setempat. Di dalam Daerah Lahad Datu juga terdapat lebih kurang 81 orang ahli Jawatankuasa Kemajuan dan Keselamatan Kampung (JKKK) yang merangkumi Mukim Silam, Segama, Bandar, Dam, Silabukan dan Tungku.
JKKK berperanan dalam memastikan kestabilan dan keharmonian kampung di bawah pentadbirannya dan sentiasa menjalinkan hubungan yang erat dengan Pejabat Daerah dalam merangka agenda pembangunan kampung dan kemajuan masyarakat di kawasan luar bandar. Lahad Datu merupakan antara kawasan pertanian yang subur di Negeri Sabah. Kawasan tanahnya yang rata terutamanya di bahagian Lembah Segama, Tanah Tinggi Segama dan kawasan di sepanjang sungai kaya dengan tanah jenis alluvial. alluvial merupakan salah satu jenis tanah yang bersesuaian untuk melakukan aktiviti pertanian seperti tanaman kelapa sawit.
Dianggarkan terdapat 283,316 hektar tanah yang sesuai untuk pertanian di Lahad Datu dan 229,000 hektar telah ditanami dengan pelbagai jenis tanaman. Kelapa sawit merupakan tanaman pertanian yang utama selain koko, kelapa serta tanaman buah-buahan. Tanaman getah dan kelapa hanya dilakukan di dalam jumlah yang kecil dan kebanyakan adalah sebagai aktiviti sara diri.
di samping itu, terdapat juga beberapa produk sampingan atau hiliran hasil dari pertanian khususnya minyak kelapa sawit bertapis.
Antara produk-produk sampingan adalah seperti shortening, cooking fats, vanaspati, marjerin, cocoa butter substitute, soap pornade, tining oil, minyak pelincir dan macam-macam lagi. Dianggarkan terdapat lebih kurang 20 buah kilang memproses minyak sawit mentah termasuklah Palm Oil Industrial Cluster (POIC) yang sangat sinonim di kalangan masyarakat di Lahad Datu dan sekitar Sabah. Unik dan menyeronokkan. Ini merupakan ungkapan yang amat bersesuaian kepada sesiapa sahaja yang mengunjungi Tabin Wildlife Reserve Resort yang terletak kira-kira 50km dari Bandar Lahad Datu. Tabin Wildlife menawarkan suasana yang jauh dari kesibukan kota di mana pengunjung boleh menikmati keindahan alam semula jadi, flora dan fauna yang tidak terusik, spesies mamalia, burung dan serangga yang jarang ditemui malah ada yang semakin pupus kini. Antara mamalia yang boleh ditemui di Tabin ialah Borneo Pygmy Elephant, Sumatera Rhinoceros dan Tembadau. Aktiviti seperti jungle tracking merupakan aktiviti wajib kepada pengunjung yang datang ke mari. Mereka akan dibekalkan dengan buku rujukan untuk memudahkan mereka mengenal pasti tumbuhan, spesies burung dan juga haiwan yang ditemui ketika meredah belantara. Pakej night walk atau night drive juga disediakan untuk pengunjung yang ingin menjejak haiwan-haiwan yang hanya akan keluar pada waktu malam. Biasanya mereka akan diawasi oleh seorang pemandu pelancong yang berpengalaman di samping dibekalkan alatan seperti lampu suluh, kasut getah, kompas dan sebagainya. Pengunjung pasti akan terpesona dengan keindahan Air Terjun Lipad  dan Mud Valcano yang terletak di tengah-tengah hutan semasa ekspedisi meredah hutan dilakukan. Mereka boleh berkelah sebentar di kawasan tersebut sambil menikmati keindahan alam yang terbentang luas di sambil menghirup udara yang sungguh segar. Selain itu, terapi kecantikan juga boleh dilakukan di kawasan Mud Volcano tersebut dan pengunjung pasti akan berpuashati dengan hasilnya! Bagi mereka yang memilih untuk tinggal beberapa hari di Tabin, ia merupakan suatu keputusan yang bijak.
Terdapat 10 buah chalet jenis River Lodge yang menghadap sungai, 10 buah chalet jenis Hills Lodge di atas kawasan tanah tinggi dan kawasan Eco-Tent untuk backpackers yang ingin berkhemah sahaja. Setiap chalet diperbuat daripada kayu balak dan boleh memuatkan tiga orang dalam sesuatu masa di samping mempunyai kemudahan seperti anjung, katil, air panas dan penghawadingin. Namun begitu, suasana hutan yang begitu mendamaikan di samping bunyi air sungai yang mengalir dan kicauan burung dan unggas hutan pastinya akan lebih menyeronokkan dan membuatkan pengunjung seperti berada di alam yang lain! Walaupun berada di tengah-tengah kawasan hutan, makanan yang disediakan di Lipad Café memberi kemudahan kepada pelancong yang menginap di sini. Mereka boleh memilih apa sahaja juadah yang diingini kerana terdapat seorang chef yang akan melayanan daseperti seorang raja. Kawasan Café juga dihiasi dengan tanaman hutan semula jadi yang indah dengan pemandangan flora dan fauna, bunga-bungaan yang cantik dan jika bertuah, pastinya sekali-skala binatang seperti rusa, kijang atau gajah akan melintas dihadapan kawasan Café untuk mencari makanan. Tidak sukar untuk datang ke sini kerana terdapat beberapa pakej yang ditawarkan untuk kesenangan pengunjung. Mereka boleh memilih untuk datang sendiri ke kawasan ini dengan menaiki kenderaan pacuan empat roda atau apa sahaja kenderaan yang lasak kerana untuk sampai ke sini, pengunjung terpaksa melalui kawasan ladang kelapa sawit. Pemanduan yang lasak dan mencabar pastinya akan menyeronokkan perjalanan! Namun ada juga khidmat untuk mengambil pelancong dari lapangan Lahad Datu dengan kadar bayaran yang berpatutan.  
Siapa sangka, dari hanya sebuah perniagaan kecil-kecilan, kini empayar yang telah dibina sejak 20 tahun yang lalu semakin gagah berdiri. Walaupun hanya memproses dan membekalkan keropok ikan dan hasil laut, namun Manani Manhoe tetap berbangga dengan kejayaan yang dimiliki kini. Melalui perusahaan inilah, beliau dapat membesarkan anak-anaknya dan memberikan pendidikan serta kehidupan yang lebih sempurna kepada keluarganya. Mengimbas kembali saat-saat beliau mula membuat perusahaan keropok ikan ini, beliau ketika itu hanya membuat pasaran secara kecil-kecilan dan menghantar produk keropok ikannya di sekitar kawasan Kampung Cocos dan sekolah berhampiran. Usaha gigih dan semangat juang yang tinggi, membuatkan beliau dapat menepis segala dugaan dan akhirnya berjaya membina empayar perniagaannya sendiri. Beliau juga telah mengikuti lebih 20 buah kursus berkaitan dengan industri perikanan dan perusahaan produk makanan ringan yang dianjurkan oleh Lembaga Pemasaran Pertanian Persekutuan (FAMA), Institut Penyelidikan dan Kemajuan Pertanian Malaysia (MARDI), Institut Standard dan Penyelidikan Perindustrian Malaysia (SIRIM) dan Jabatan Perikanan Lahad Datu. Beliau menyertai kursus-kursus ini bagi meningkatkan pengetahuan dan memberi pengalaman kepadanya tentang kaedah terbaik untuk mencapai keuntungan dan meluaskan sayap perniagaan. Malah, ada juga di antara peserta kursus dari sekitar Kudat, Kota Kinabalu, Beufort dan Tuaran yang datang ke bengkel perusahaan membuat keropoknya untuk belajar cara-cara memproses dan membuat keropok ikan. Antara produk yang terkenal di sini adalah keropok ikan parang, tambun, basung, udang dan sotong. Pelanggan boleh membeli produk yang dijual dengan harga serendah RM2.00 mengikut jenis dan berat produk yang menjadi pilihan hati. Jika tidak berkesempatan untuk membeli produk yang dijual di sekitar bandar Lahad Datu, pasar raya dan sekolah, pelanggan juga boleh datang ke bengkel memproses produk makanan ringan ini di Kampung Cocos. Sebut sahajalah Pembekal Usaha Murni, pasti orang kampung akan menunjukkan arah jalan yang betul untuk ke sana. Selepas 20 tahun mengusahakan perniagaan ini, beliau yang turut mendapat bimbingan daripada Jabatan Perikanan Sabah di bawah Program Pembangunan Industri Hiliran ini berharap agar dapat memperluaskan lagi pasaran produknya.
Permintaan yang semakin banyak terhadap produk yang dijualnya menjadikan beliau bersungguh-sungguh untuk mempopularkannya sehingga ke luar negara. Melihat dari bentuk geografi, keadaan muka bumi yang unik dengan alunan tanah tinggi dari barat melandai sehingga ke timur dengan kawasan tanah yang subur menjadikan Daerah Lahad Datu kaya dengan sumber flora dan fauna. Keadaan ini turut ditambah dengan kekayaan sumber pantai dan lautnya yang dibarisi dengan hidupan pokok bakau, terumbu karang, pulau-pulau serta teluk dengan air yang sungguh bersih. Justeru, keunikan bentuk muka bumi inilah yang menjadikan daerah ini kaya dengan sumber alam dan penduduknya bebas untuk melibatkan diri dalam apa juga bidang yang diminati. Aspek perikanan di Lahad Datu pula merupakan suatu sumber pendapatan utama bagi sesetengah penduduk yang tinggal di kawasan persisiran pantai. Lahad Datu sendiri mempunyai kawasan penangkapan ikan marin seluas 3,666 km persegi. Ini merupakan kawasan yang keempat terluas di Sabah selepas Kudat, Semporna dan Kinabatangan. Perikanan marin juga turut menjadi penyumbang utama dalam sektor perikanan di Lahad Datu di mana terdapat lima jenis ikan utama yang mempunyai nilai komersial seperti ikan kerapu (Serranidae), merah (Lutjanidae), ketambak (Lethrinidae), sulit (Caesionidae) dan batu (Labridae) serta bermacam-macam jenis hidupan laut. Malah udang harimau yang ditangkap di sini juga turut menjadi antara bahan kawalan yang dijaga oleh Kastam Diraja Malaysia dan tidak boleh dieksport keluar negara. Hasil pemasaran hasil laut adalah bergantung kepada nelayan itu sendiri sama ada ingin menjualnya di pasar, dijual kepada peraih atau dieksport ke luar negara jika mencapai standard dan kualiti yang ditetapkan.  
Sumbangan perikanan yang tinggi dalam sektor perikanan disebabkan oleh faktor semula jadi di mana potensi yang besar dihasilkan oleh ikan terumbu karang. Malah jika ditinjau di sekitar pasar ikan Lahad Datu, didapati lebih 50 peratus hasil tangkapan ialah ikan terumbu karang yang banyak didapati di sepanjang Pantai Silabukan, Pantai Bagahak, Pantai Bakapit, Pantai Tungku sehinggalah ke Pantai Tambisan. Selain itu, nelayan-nelayan di sini turut meluaskan tangkapan hasil laut sehingga ke kawasan sekitar Pulau Sangkar, Pulau Baik, Pulau Laila dan sepanjang pantai Silam. Mereka juga dibenarkan untuk mengeksploitasikan sumber perikanan di perairan laut Semporna dan Kunak yang mempunyai terumbu karang yang luas dan sumber perikanan yang banyak bagi membantu mereka melipat gandakan hasil tangkapan. Perikanan di darat pula kurang menyerlah akibat daripada saingan ikan laut yang kuat. Namun, masih terdapat juga segelintir penduduk di sekitar Lahad Datu yang mencuba untuk mengusahakan ikan air tawar dan ternakan udang harimau. Mereka ini mendapat bimbingan dan khidmat nasihat daripada Jabatan Perikanan Lahad Datu serta beberapa agensi swasta yang lainnya untuk menggalakkan sektor ternakan ikan darat. Lahad Datu mempunyai sebuah lapangan terbang yang boleh menampung kapal terbang jenis Fokker Friendship (Fokker 50) di mana turut boleh memuatkan sehingga 50 orang penumpang.
Terdapat empat penerbangan dalam sehari dari Lahad Datu-Kota Kinabalu-Lahad Datu. Perkhidmatan yang kerap memudahkan pengunjung untuk berkunjung ke Lahad Datu terutamanya pada musim cuti. Perkhidmatan pengangkutan udara ini dikendalikan oleh Penerbangan Malaysia (MAS) dan turut menyediakan perkhidmatan Twain Otter mengikut keperluan pelanggan. Manakala, perhubungan melalui jalan air pula adalah melalui pelabuhan di Lahad Datu yang boleh menampung kapal-kapal besar dan merupakan antara pelabuhan terbesar di Sabah. Pada tahun 2000 sahaja, pelabuhan ini telah berjaya mengendalikan 2,855,000 tan kargo berbanding 2,037,641 pada tahun 1998. Komoditi-komoditi yang biasanya dikendalikan ialah kargo am, gas oil, baja beg, baja hambur, minyak sawit dan habuk biji sawit. Bagi minyak sawit dan habuk biji sawit, ia biasanya dieksport keluar negara. Jalan raya berturap dan jalan kampung juga menjadi antara nadi perhubungan penduduk di Lahad Datu dengan kawasan sekitarnya. Terdapat lebih kurang 42 batang rangkaian jalan raya berturap di Lahad Datu meliputi kawasan bandar dan luar bandar. Kenderaan ringan seperti kereta, van dan kereta pacuan empat roda serta kenderaan berat seperti lori dan treler juga boleh menggunakan jalan raya yang telah disediakan. Bagi kawasan kampung, kebanyakan jalan batu kelikir dibina dan jalan tanah merah pula dibina di semua kawasan ladang kelapa sawit sebagai jalan penghubung.  Bekalan elektrik pula adalah di bawah kawalan Sabah Electricity Sdn Bhd (SESB) yang merupakan pembekal utama tenaga elektrik di Lahad Datu.
Mengikut perangkaan yang dibuat oleh Jabatan Air Lahad Datu, kapasiti pengeluaran air bersih di Lahad Datu adalah kira-kira 558 juta liter sehari pada tahun 2000. Namun ia dijangka akan meningkat dan melonjak naik dengan lebih tinggi pada masa kini kerana permintaan dan pendedahan tentang kegunaan sumber air bersih dalam kehidupan. Pelbagai kemudahan telah disediakan oleh pihak kerajaan untuk memastikan masyarakat di luar bandar juga turut mendapat kemudahan dan keselesaan untuk menjalani kehidupan seharian. Pembinaan sekolah, hospital, balai polis, balai bomba, perpustakaan, deretan kedai, pejabat pentadbiran daerah, masjid dan rumah sembahyang juga melengkapkan kehidupan masyarakat di sini.   Setiap kemudahan yang disediakan digunakan dengan baik dan dikongsi dengan adil dan saksama oleh setiap kaum. Kita sering kali dihidangkan dengan pelbagai berita yang kurang menyenangkan dan pendedahan tentang penyakit-penyakit yang sering kali melanda masyarakat walaupun di usia yang muda. Perkara ini mungkin disebabkan oleh kelemahan masyarakat Malaysia yang tidak gemar beriadah dan menjaga kesihatan sementara masih muda. Lantaran daripada sikap sambil lewa tersebutlah, pelbagai jenis penyakit yang tidak diingini seperti lemah jantung, darah tinggi, kencing manis dan macam-macam lagi mudah menyerang mereka. Bagi mengelakkan perkara seperti ini daripada berlaku, Kementerian Kesihatan Malaysia bersama agensi swasta yang lainnya telah menggariskan beberapa perkara yang boleh meningkatkan tahap kesihatan penduduk dan mewujudkan masyarakat yang kekal hidup sihat sepanjang masa. Antara perkara yang harus dititikberatkan untuk menjaga kesihatan kita ialah dengan melakukan aktiviti riadah yang boleh mengeluarkan peluh sekurang-kurangnya dua kali dalam seminggu. Bagi masyarakat di sekitar Lahad Datu sendiri, mereka beruntung kerana terdapat pelbagai kemudahan seperti taman permainan, pusat rekreasi, padang bola sepak, gelanggang tenis, badminton serta sepak takraw untuk melakukan aktiviti riadah pada masa lapang. Kemudahan yang telah disediakan ini seharusnya dimanfaatkan sepenuhnya supaya dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
Pengisian masa lapang dengan aktiviti riadah dan sukan sedikit sebanyak membantu masyarakat untuk kekal sihat. Selain itu, ia juga turut membantu mengeratkan hubungan di antara penduduk melalui perlawanan atau pertandingan sukan yang dianjurkan di peringkat kampung, daerah dan sebagainya. Tidak kira muda atau tua, mereka akan sentiasa bersemangat untuk menonjolkan bakat masing-masing dalam sukan yang dipilih dan membawa kemenangan dalam setiap acara yang dipertandingkan. Semangat seperti inilah yang diperlukan untuk menjadikan masyarakat di negara kita sentiasa kekal hidup sihat, aktif dan bertenaga. Pusat khidmat kesihatan setempat yang terdapat di Lahad Datu ialah Hospital Lahad Datu, Sabah. Dahulunya ia dikenali sebagai Anne Hospital sekitar tahun 1960-an. Walaupun hanya mempunyai beberapa blok bangunan untuk menempatkan pejabat serta unit-unit sokongan perubatan dan wad, ia tetap mampu menjadi salah sebuah pusat rujukan kesihatan masyarakat pada ketika itu. Seiring dengan perubahan masa dan kemajuan serta pembangunan sosioekonomi di Daerah Lahad Datu, hospital ini turut mengalami beberapa perubahan seperti penambahan blok tambahan untuk menampung keperluan serta justifikasi skop perkhidmatan yang sentiasa tinggi.
Bilangan penduduk semakin bertambah dari ke hari ke hari, justeru pihak Kementerian Kesihatan Malaysia juga harus mempertingkatkan khidmat dan kualiti hospital untuk keselesaan penduduk. Sebuah bangunan hospital baru yang berkapasiti lebih besar telah dibina pada tahun 1999 dengan jumlah katil sebanyak 268 buah untuk menggantikan bangunan lama yang sedia ada. Berkonsepkan Turnkey projek, ia telah menelan kos pembinaan sebanyak RM200 juta dan telah siap sepenuhnya pada 13 Januari 2002 dan mula beroperasi pada April 2002.  Sehingga kini, penduduk setempat dan masyarakat dari luar masih lagi menggunakan khidmat yang disediakan di hospital ini walaupun terdapat banyak klinik swasta disekitar Bandar Lahad Datu. Visi yang ditekankan kepada seluruh anggota kerja hospital Lahad Datu adalah untuk menjadi pusat perawatan utama di Daerah Lahad Datu dengan memberikan kesihatan yang adil, saksama dan cekap. Selain itu, ia turut berjanji akan menyediakan teknologi yang sesuai dan serasi dengan pelanggan serta mengutamakan kualiti, inovasi dan menghormati setiap insan untuk membentuk kehidupan yang lebih bermutu. Di Lahad Datu sendiri, terdapat lebih kurang 15 buah pra-sekolah, 41 buah sekolah rendah, 10 buah sekolah menengah, sebuah pusat latihan vokasional pertanian, tiga buah sekolah agama Islam dan 12 buah sekolah Agama Islam Rakyat. Melalui pusat pendidikan inilah, anak muda di Lahad Datu dan kawasan berdekatan mendapat pendidikan yang sempurna sejak dari umur enam tahun lagi. Salah sebuah sekolah yang popular di Lahad Datu adalah Sekolah Menengah Teknik Lahad Datu yang terletak kira-kira 13km dari Pekan Lahad Datu. Misi sekolah ini adalah melaksanakan pendidikan teknik dan vokasional pertanian yang berkesan untuk melahirkan insan yang cemerlang dari segi akademik dan sahsiah serta berketerampilan. Ini bagi memenuhi aspirasi individu, masyarakat dan negara yang cemerlang lagi terbilang. Sekolah Teknik Lahad Datu turut memainkan peranan yang penting dalam memberi peluang pendidikan teknikal dan vokasional kepada murid-murid bagi mencapai kecemerlangan di dalam Sijil Pelajaran Malaysia (SPM). Selain membentuk sahsiah dan keperibadian para pelajar, sekolah ini turut menyediakan suasana pengajaran dan pembelajaran yang kondusif dalam usaha untuk melahirkan pelajar yang berkualiti  dan berketerampilan untuk mentadbir negara pada masa akan datang. Generasi muda yang berilmu dan bercita-cita tinggi sangat diperlukan untuk meneruskan kegemilangan negara dan memperkenalkan negara kita di persada dunia sebagai salah satu negara yang maju dan cemerlang dalam aspek ekonomi, pentadbiran, politik dan lain-lain.  
Perpustakaan Awam Negeri Sabah Cawangan Lahad Datu telah di naik taraf sebagai perpustakaan cawangan besar pada Mei 2002. Ia mempunyai bangunan sendiri yang berkeluasan 1,979.94 meter persegi dan menelan kos sebanyak RM4 juta. Perpustakaan ini menawarkan perkhidmatan peminjaman dan pemulangan buku, pertanyaan rujukan, Internet dan menaip (“Word Processing”) untuk setiap pengguna. Selain itu, variasi pelbagai jenis buku turut disediakan seperti buku-buku ilmiah, fiksyen, non-fiksyen, rujukan umum, koleksi majalah, pakej pendidikan dan keratan akhbar.  Setiap bahan bacaan yang ada dibekalkan oleh Perpustakaan Negeri Sabah setiap tahun untuk memudahkan pengguna mendapatkan kemudahan bahan bacaan yang terkini dan berinformasi. Perpustakaan ini turut mendapat keistimewaan sebagai salah sebuah perpustakaan yang terpilih dalam Program Universal Service Provision (USP) di bawah Kementerian Tenaga Air dan Komunikasi (KTAK). Program ini dilancarkan bagi merapatkan jurang digital di kalangan masyarakat luar bandar. Melalui program ini, KTAK yakin ia akan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dalam bidang teknologi maklumat kepada masyarakat di kawasan luar bandar tidak kira kecil, muda, remaja dan generasi tua. Pendedahan yang akan diberikan oleh pihak kementerian bersama beberapa agensi swasta yang lain seperti Maxis Sdn Bhd adalah melalui talian Internet yang diberikan di samping kemudahan komputer, mesin pencetak dan mesin pengimbas. Pengguna boleh menggunakan kemudahan yang telah disediakan secara percuma dan boleh mempelajari aplikasi komputer dengan mendapatkan bantuan daripada petugas perpustakaan yang ada di sana. Berada seminggu di Lahad Datu, terasa asing diriku hanya berjalan kaki ditepan jalan dilorong-lorong kedai buku dan kedai makan, kulihat suasana kehidupannya begitu sibuk terutama dibahagian stesen Teksi dekat Maybank dan kesibukan dipasar utama yang menghadap ke laut. kulihat setika corak kehidupan sebelum saya meninggalkan Daerah Lahad…..